Kamis, 27 November 2008

Pagi datang menjelang, meninggalkan hari gelap di belakang.

Aku terbangun di pagi ini. Alarm membangunkanku dengan suaranya yang begitu nyaring. Kamarku masih gelap karena jendela kamar masih tertutup dengan gorden yang menghalangi sinar mentari menembus ruangan ini. Aku duduk dan sejenak berdoa kepada Dia yang masih mengijinkanku bernafas sampai pada detik ini.

Memulai hari ini dengan sikap dan pikiran positif sepertinya ampuh dalam memotivasi diriku sendiri dalam menghadapi tiap harinya. Sebuah senyum tipis tergores di wajahku. Aku pun berjalan dengan tiupan angin yang membelai kedua pipiku. Seseorang menyapaku. Dia tidak aku kenal namun dia begitu ramah. Kami pun tenggelam dengan percakapan yang tidak begitu penting. Pikirku, setidaknya aku tidak sendirian menunggu bis yang tidak kunjung datang.

Akhirnya aku pun sampai di tempat tujuanku. Aku ada di sini sekarang. Sendirian. Tidak secara mutlak karena para pedagang dan mobil-mobil terlihat sibuk dengan kegiatan masing-masing. Taman ini adalah tempat favoritku. Aku pun mengambil posisi duduk di sebuah kursi yang berada di tengah taman ini. Dari sini, aku bisa melihat bunga-bunga yang bermekaran dan kicau burung yang begitu merdu. Aku duduk dan mulai menghirup udara pagi ini secara perlahan. Nikmatnya.

Aku menyukai ketenangan. Aku bisa menjadi diriku sendiri dan menentukan arah hidupku dengan lebih baik. Setelah puas dengan hamparan udara ini, aku bangkit berdiri dan beranjak dari tempat ini.

Ketenangan ini, walaupun semu aku akan tetap menyukainya. Aku tidak pernah bosan dengan keadaan di sini. Sejak saat itu, aku semakin bersahabat dengan diriku sendiri. Aku bersahabat dengan pikiranku, perkataanku, dan perbuatanku. Mereka adalah sahabat yang menyatu dengan diriku yang terkadang bisa menghancurkanku juga secara perlahan-lahan. Dengan pikiran-pikiran positif aku membangkitkan daging ini untuk beraktifitas dan jiwa ini untuk mau menikmati segala yang kulakukan.

Lelah menjadi satu waktu dimana aku merasa tidak sanggup untuk terus mengalah dengan pikiranku. Namun aku harus terus melakukannya supaya aku mampu tetap tegak berdiri menghadapi hidup ini. Mereka, orang-orang yang aku sayang, selalu mengingatkanku untuk melakukannya.

Tanpa terasa, air mata mengalir hangat di pipiku. Sejak saat itu, aku menjadi orang yang begitu gampang rapuh. Namun, walaupun aku menangis, aku masih bisa tersenyum. Aku yakin bahwa Dia tidak meninggalkanku sendiri dan Dia saat ini ada di sebelahku, menemaniku.

Sepertinya sudah sejam aku berada di sini. Aku harus kembali kepada realita, bertemu dengan kenyataan di luar sana yang terkadang manis, dan terkadang pahit. Berjalan dengan kepala tegak, mantap menuju sebuah tujuan, dengan kerendahan hati dan senyum yang masih dapat kupertahankan.

Tidak ada komentar: