Aku harus menyelesaikan ini secepatnya. Semua orang seakan-akan berubah menjadi orang gila jika menghadapi deadline. Aku terus mencoba mengerjakan semua hal ini dengan tenang dan sebaik mungkin. Memang terkadang hal ini membuatku mengeluh namun aku selalu merindukannya. Aku merasa bahwa kehidupanku ini menjadi lebih berwarna dengan adanya hentakan seperti ini. Hentakan yang membuat seakan jantung ini ingin loncat dan berpindah tempat.
Rapat itu pun akhirnya usai dengan sebuah kesepakatan yang sesuai dengan prediksiku. Mereka setuju dengan pengajuan konsepku dan kami akan melaksanakan proyek ini secepat mungkin. Peluhku selama ini terbayar sudah. Setidaknya untuk saat ini aku bisa untuk tenang dan beristirahat sejenak. Dan dapat tersenyum melihat hasil kerja kerasku.
Aku berada di mobil sendirian, menyetir ditemani oleh dinginnya AC yang berhembus dan hujan yang cukup deras yang turun sejak tadi. Aku mengamati di sisi jalan sebelah sana, beberapa orang anak kecil berlari kegirangan di tengah hujan, seakan mereka tidak memiliki beban. Aku mengamati mereka dengan sebuah rasa cemburu. Cemburu karena aku tidak pernah mengalami hal seperti yang mereka lakukan. Bebas berlari, ringan, tertawa, tanpa beban. Sesaat ku terdiam.
Aku tidak pernah menyesali kehidupan yang telah aku pilih. Aku sadar bahwa Dia telah memberikan porsi masing-masing terhadap kebahagiaan manusia. Porsi yang adil menurut takaranNya, bukan menurut timbangan manusia. Dan aku tak pernah lupa untuk mengucap syukur atas itu.
Akhirnya aku tiba di rumah mungilku. Rumah yang berhasil kubeli dengan keringatku sendiri untuk membuktikan pada mereka bahwa aku dapat hidup mandiri. Kuletakkan tasku di sofa kesayanganku dan aku bergegas mengambil sebuah apel untuk mengganjal rasa lapar ini. Aku membuka laptop dan dan masuk ke dunia maya. Aku telah berjanji pada keluargaku untuk menyapa mereka malam ini.
Sejam sudah aku berbincang dengan mereka melalui webcam yang terbatas ini. Hal ini setidaknya mengurangi rasa rindu ini pada mereka, kepada siapa aku kembali pulang. Terkadang, aku merasa lelah dan hampa berjuang sendirian di negeri orang. Dihargai sebagai pribadi yang berkualitas namun tidak ada telinga yang dapat mendengarkan semua curahan hati ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar